Something to Share With…

just from a learner who still in the learning stage…

Indonesia

Posted by Ismadi Santoso on February 8, 2008

garuda.jpg

Tiga puluh tahun yang lalu, saya
mendengar dari profesor saya di
ruang kelas
bahwa Indonesia merupakan negara yang
berpotensi tinggi, karena
sumber daya
alam dan manusianya begitu kaya. Tiga
puluh tahun sudah lewat, dan saya
sudah menjadi profesor. Saya masih
juga mengatakan kepada
murid-murid saya
bahwa Indonesia negara besar dan
berpotensi tinggi dengan alasan
yang sama.

Tanggal 19 Desember 2007, rakyat Korea
(Korsel) memilih presiden
baru, yaitu
Lee Myung-bak (biasa disebut MB) yang
akan memulai lima tahun masa
jabatannya pada 25 Februari mendatang.
MB berjanji bahwa dalam masa
jabatannya Korea akan lebih maju
dengan wawasan 7-4-7, yang
berisikan bahwa
7 persen pertumbuhan ekonomi per
tahun, 40.000 dollar AS pendapatan per
kapita, dan negara ke-7 terbesar dari
segi ekonominya (sekarang ke-11
terbesar). Pada hemat saya, Indonesia
juga bisa, karena negara ini punya
kemampuan.

Ciri utama yang mewarnai negara
berkembang, dan merupakan musuh
utama yang
harus kita kalahkan, ialah kebodohan
dan kemalasan yang keduanya adalah
cikal bakal yang melahirkan
kemiskinan. Karena itu, siapa yang lebih
dahulu
mampu menghilangkan dua sifat buruk
itu, maka dialah yang akan
dengan cepat
dapat meraih kemajuan dan kemakmuran
bangsanya.

Dalam teori pembangunan, sebagaimana
ditulis Steven J Rosen dalam
bukunya,
The Logic of International Relation,
dikenal dua aliran pendapat tentang
sebab-sebab keterbelakangan
negara-negara berkembang, di mana kedua
aliran
pendapat itu secara prinsip sangat
berbeda satu dengan yang lain.
Dalam hal
ini, Indonesia dan Korea memiliki
pandangan yang sama, yakni
menganut paham
tradisional; menganggap bahwa proses
pertumbuhan ekonomi dan
pembangunan di
sebagian besar negara terhambat akibat
rendahnya tingkat
produktivitas yang
berhubungan erat dengan tingginya
kemubaziran dan ketidakefisiensian
sosial.
Aliran ini berpendapat bahwa
keterbelakangan dan kemiskinan mutlak
disebabkan faktor-faktor internal.
Istilah Jawa-nya karena salahe dewe.

Adapun aliran yang lain, ialah aliran
radikal, memandang kemiskinan dan
keterbelakangan suatu negara (terutama
negara ketiga) disebabkan oleh
kondisi internasional, yakni adanya
eksploitasi negara-negara maju
terhadap
negara-negara berkembang. Namun, dalam
hal ini saya beranggapan
bahwa teori
ini cenderung selalu mencari kambing
hitam. Pepatah Melayu-nya,
karena awak
tak bisa menari, lantai pula yang
disalahkan.

*Etos Korea*

Kita semua tahu bahwa Korea dalam
kurun waktu relatif singkat telah
menjelma
menjadi masyarakat modern, yaitu
masyarakat yang telah mampu
melepaskan diri
dari ketergantungan pada kehidupan
agraris.

Kemajuan Korea ini telah membuat
banyak orang berdecak, terpukau seperti
melihat keajaiban sebuah mukjizat.
Para pakar bertanya-tanya, resep apa
gerangan yang telah membuat bangsa
yang terubah menjadi negara dan
bangsa
yang makmur? Sejak awal tahun 1970-an
pihak Pemerintah Korea dalam
rangka
semangat pembangunan nasional telah
berusaha membentuk tipe manusia
Korea
yang memiliki empat kualitas. Pertama,
“sikap rajin bekerja”. Lebih
menghargai bekerja secara tuntas
betapa pun kecilnya pekerjaan itu,
tinimbang pidato yang muluk-muluk
tetapi tiada pelaksanaannya.

Kedua, “sikap hemat”, yang tumbuh
sebagai buah dari sikap rajin bekerja
tadi. Ketiga, “sikap self-help”, yang
didefinisikan sebagai berusaha
mengenali diri sendiri dengan
perspektif yang lebih baik, lebih
jujur, dan
lebih tepat; berusaha mengembangkan
sifat mandiri dan rasa percaya diri.
Keempat, kooperasi atau kerja sama,
cara untuk mencapai tujuan secara
efektif dan rasional, dan
mempersatukan individu serta masyarakatnya.

Inilah picu laras yang memacu jiwa
kerja bangsa Korea. Bila kita
perhatikan,
keempat butir nilai itu sesungguhnya
adalah nilai luhur bangsa
Indonesia.
“Rajin pangkal pandai…” dan “sedikit
bicara banyak kerja” adalah
pepatah
yang telah mengakar dalam budaya
Indonesia.

Adapun nilai self-help, mandiri, sudah
lama melekat dalam nilai religi
sebagian besar masyarakat Indonesia,
karena Tuhan Yang Maha Esa dalam Al
Quran menyebutkan bahwa sesungguhnya
Allah tidak akan mengubah nasib
sesuatu
bangsa, kecuali bangsa itu mengubah
nasibnya sendiri. Sedangkan
setiap usaha
mengubah nasib, baik itu membuahkan
hasil ataupun tidak, Islam telah
memberinya nilai tambah; digolongkan
pada perbuatan ibadah.
Sementara sifat
yang terakhir, kooperasi, adalah
sendi-sendi budaya Indonesia yang amat
menonjol. Kooperasi atau gotong royong
tetap dipelihara dan
dilestarikan.

*Burung garuda*

garuda-afrika.jpg

Sebagai penutup, saya ingin sedikit
mendongeng tentang seekor anak
burung
garuda yang tertangkap dan dipelihara
oleh seorang pemburu. Dari hari ke
hari dia hanya bermain di halaman
rumah; bersama-sama ayam kampung. Lalu
pada suatu hari lewatlah seorang ahli
unggas. Sang zoologist itu
terkejut.

“Ah!” pikir sang ahli unggas itu
terheran-heran. “Sungguh mengherankan
burung garuda itu!” ujarnya kepada
pemburu.

“Dia bukan burung garuda lagi. Nenek
moyangnya mungkin garuda,
tetapi dia
kini tidak lebih dari ayam-ayam
sayur!” balas sang pemburu mantap.

“Tidak! Menurutku dia burung garuda,
dan memang burung garuda!”
bantah si
ahli unggas itu.

Burung garuda ditangkap, lalu
diapungkan ke atas udara. Garuda mengepak,
lalu terjatuh.

“Betul, kan?” ujar si pemburu. “Dia
bukan garuda lagi!”

Kembali si ahli unggas itu menangkap
garuda, dan mengapungkannya lagi.
Kembali garuda mengepak, lalu turun
kembali. Si pemburu kembali
mencemooh
dan semakin yakin garuda telah berubah
menjadi ayam.

Dengan penuh penasaran si ahli unggas
memegang burung itu, lalu dengan
lembut membelai punggungnya, seraya
dengan tegas membisikkan:
“Garuda, dalam
tubuhmu mengalir darah garuda yang
perkasa. Kepakkanlah sayapmu,
terbanglah
membubung tinggi, lihatlah alam raya
yang luas yang amat indah.
Terbanglah!
Membubunglah! ” Burung dilepas, dia
mengepak. Semula tampak kaku,
kemudian
tambah mantap, akhirnya garuda melesat
membubung tinggi, karena dia
memang
garuda.

Nah, barangkali cerita ini ada
persamaannya dengan bangsa Indonesia.
Bukti
kejayaan masa lampau telah membuat
mata dunia takjub. Borobudur satu
bukti
karya perkasa. Kini camkanlah bahwa
Anda sekalian mampu, Anda punya
kemampuan. Korea saja bisa, apalagi
Indonesia.

Written By: Koh Young Hun

Profesor di Program
Studi Melayu-Indonesia,

Hankuk University of Foreign Studies

Seoul, Korea

18 Responses to “Indonesia”

  1. joekoe said

    ehmm….oke

  2. wulan said

    apakah burung garuda itu nyata secara ilmiah?????

  3. sori, maksud saya link nya yang ini mbak:

    http://www.nerve.in/news:25350030772
    http://news.boloji.com/200701/00770.htm

  4. fuck said

    benr skali…

    kok korea bisa indo g bisa kan Qt ma korea sm_2 makn nasi….

    thanks untuk smangatx,,mudah_2han 20 thn ke depn aq jg bisa jd prof….

    amien….

  5. Jule said

    trimakasih atas motivasiny.

    ada pertanyaan, knp org2 pinter banyak yg bekerja di luar negeri ketimbang membangun negara asalnya?
    banyak yg bilang, org pinter di Indonesia kurang dihargai.

    apa semua org yg kerja di luar negeri merasa begitu?

    atau permasalahan ekonomi?

  6. kalo di dunia pekerjaan saya (telekomunikasi), di Indonesia orang lokal yang pinter justru kurang dihargai. apalagi kalo ada ekspat yang berkeliaran disekitarnya. sangat mungkin ekspat itu yang dapet jobnya.

    begitulah, kalau brand nya udh foreigner biasanya laku keras, meskipun sebenernya biasa-biasa ajah.

    Karena itulah sebagian temen2 kita memilih untuk go internasional, sudah barang tentu mereka dapet penghasilan yang lebih besar. disamping itu, mereka justru jauh lebih “dihargai” di negeri orang.

  7. komang_kmng said

    Nah….kalau didongeng anak burung garuda ada ahli unggas (Sang Zoologis)yang bisa memberikan semangat pada anak burung garuda untuk bisa terbang membubung tinggi dan melihat alam raya
    yang luas serta amat indah, lantas di Indonesia ini siapa kiranya yang akan menjadi seperti Sang Zoologis tersebut agar indonesia bisa menjadi seperti anak burung garuda tersebut ???

  8. Menurut saya ada, tp secara politis mereka kalah kuat dibanding “incumbent”

  9. jp said

    Bagaimana sebenarnya cara untuk membuat garuda kita dapat mengepakkan sayapnya lalu terbang? saya rasa masalah negeri kita ini sudah terlampau runyam dan makan hari berlarut-larut….Apa yang bisa kita lakukan sementara moral bangsa sudah rusak,,,,yg jahat, curang dan tak berperasaan terbahak-bahak diatas sana menginjak kejujuran dan kebenaran….

    Disamping bangga atas kekayaan alam budaya,, saya sungguh malu menjadi orang indonesia melihat negara kita miskin dlm hal ekonomi, miskin moral dan dimiskinkan oleh hukum kita yg amburadul…

    Cerita di atas sungguh menginspirasi saya pak,,,
    Semoga negara kita jadi lebih baik kedepannya pak,,,

    Suksma (Bali) artinya= terimakasih ^_^

  10. syafaat said

    wah. . . wah. . .
    cerita yg sangat menginspirasi terutama bagi saya “seorang mahasisawa” yg selama ini memang selalu d manjakan. . . memang seharusnya kita d gembleng agar dapat menjadi garuda yg terbang tinggi melesat

  11. syafaat said

    oh y skalian ijin copy dongeng yg menginspirasi tuh. . .

  12. ownernye said

    nikmati saja apa yang ada… terlalu membangun juga ada efek sampingnya yang kurang bagus… bumi semakin rusak parah

  13. Eduard said

    Pancasila simbol negara sudah diinjak-injak di Indonesia, karena diskriminasi oleh kaum Mayoritas kepada Minoritas.

    Hukum menjadi sangat murah di Indonesia, siapa punya uang, jabatan tinggi, wewenang akan selalu dibenarkan.

    Otak pun semakin sempit karena semua jalan keluar dilakukan dengan kekerasan, kebrutalan, pengrusakan tempat umum. ( mengaku cinta Negara tapi malah merusak )

    Kekayaan alam semakin menipis dijual kepada Asing. Tidak ada kepedulian sama sekali.

    Saya rasa kita tidak akan bisa mengubah semua ini dalam waktu yang singkat, tapi saya yakin di Masa Depan kita dapat mengubahnya dengan Pendidikan yang baik sejak dini, dan menanamkan MINDSET yang benar kepada calon generasi penerus Bangsa.

    Majulah Indonesia!!

  14. jaka said

    bagus bgt…!!!
    sy suka dengan tulisan ini…
    sy sangat berharap bnyk orang yg punya kesempatan untuk membaca tulisan ini…

    terima kasih… ^-^

  15. Yosa said

    kalo menurut saya para pemimpinnya yang harus di pangkas semua,biar yang muda dan idealis yang memimpin negara ini,saya yakin pasti bisa

  16. INDONESIA

  17. User3 said

    Sepertinya kita pernah merasakan kepakkan sayap garuda pada masa pemerintahan Soekarno …
    karna harga dirinya yang tinggi dan pemerintahannya yang sebagian besar diisi oleh kaum pemuda
    Ekspresi garuda terlihat pada saat itu =3

    Memang seharusnya pemerintahan diisi dengan kaum pemuda yang memiliki potensial agar kita kembali melihat ekxpresi garuda kita kembali ^o^

Leave a reply to jp Cancel reply